Dalam menjalankan profesinya tenaga kesehatan gigi tidak lepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme dalam rongga mulut (termasuk saliva dan darah) pasien. Sebagai hasil pemajanan yang berulangkali terhadap mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit penyakit infeksi lebih tinggi pada praktik kedokteran gigi. Apabila tidak dilakukan pengendalian infeksi yang efektif dapat mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta pasien lainnya dapat menghadapi risiko terkena penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan prosedur sterilisasi alat kedokteran gigi pada Puskesmas Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 Puskesmas. Puskesmas di Wilayah Kabupaten Tangerang yang memiliki Standard Operational Procedure (SOP) sebanyak 23 Puskesmas (76,7%) dan 7 Puskesmas (23,3%) tidak memiliki SOP. Sedangkan Puskesmas yang melakukan kegiatan sterilisasi alat kedokteran gigi sesuai SOP sebanyak 23 Puskesmas (76,7%) melakukan kegiatan sterilisasi alat kedokteran gigi sesuai SOP dan 7 Puskesmas (23,3%) tidak melakukan kegiatan sterilisasi alat kedokteran gigi sesuai SOP. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Puskesmas sudah memiliki SOP penatalaksanaan sterilisasi dan melakukannya sesuai SOP. Disarankan agar perawat gigi dapat menjalankan setiap tahapan proses sterilisasi sesuai prosedur.