ABSTRAK
Periode 6-12 tahun merupakan masa usia sekolah dasar, dimana usia 10 – 12 tahun merupakan periode gigi bercampur, sehingga diperlukan tindakan yang baik untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, Secara alami gigi sulung akan tanggal sebelum gigi tetap tumbuh, tertapi karena disebabkan oleh gigi sulung karies berpengaruh terhadap perkembangan oklusi dan penutupan ruang sehingga dapat menyebabkan gigi persistensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kasus persistensi gigi sulung pada umur 9-10 tahun di MI Nurul Huda Jakarta Selatan, tahun 2019. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif, dilakukan pada tanggal 08 April 2019. Data diperoleh melalui pemeriksaan intra oral dengan populasi 74 anak dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Jumlah anak usia 9-10 tahun adalah 35 anak (47%) dan anak usia 11-12 tahun adalah 39 anak (53%). Serta menurut jenis kelamin, sampel pada anak laki-laki adalah 43 anak (58%) dan sampel pada anak perempuan adalah 31 anak (42%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilkukan pada anak umur 9-12 tahun di MI Nurul Huda Jakarta Selatan, Tahun 2019 didapatkan anak yang mengalami persistensi gigi sulung adalah sebanyak 18 anak (24%) dan yang tidak memiliki gigi persistensi adalah 56 anak (76%). Untuk kasus persistensi gigi sulung berdasarkan jenis gigi yaitu gigi seri terdapat satu gigi (5%), gigi taring terdapat 10 gigi (47,5%), dan gigi geraham terdapat 10 gigi (47,5%). Kejadian persistensi gigi menunjukkan angka paling besar terdapat pada kriteria sedikit atau hanya 1 gigi yang persistensi yaitu 15 anak (83%), sedangkan terendah pada kriteria banyak atau lebih dari 1 gigi yang mengalami persistensi gigi yaitu 3 anak (17%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa murid-murid pada umur 9-12 tahun yang mengalami persistensi gigi sulung cenderung lebih kecil dibandingkan dengan murid yang tidak mengalami persistensi gigi sulung.