Gambaran Faktor Yang Berhubungan Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 0-24 Bulan
Stunting tertinggi terdapat di negara-negara Afrika sebesar 31%. Sekitar
15,5% (20 juta) anak yang lahir setiap tahunnya mengalami berat badan
lahir rendah (BBLR) dan berpotensi mengalami stunting. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada anak usia 0-24 bulan. Metode penelitian. Desain
case-control dengan pendekatan retrospektif. Kriteria inklusi: anak usia
0-24 bulan yang mengalami stunting, tidak stunting, dan tidak
mempunyai penyakit penyerta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3
Mei – 1 Juli 2024. Tempat penelitian wilayah Jagakarsa, Cilandak dan
Kebayoran Baru di Jakarta Selatan. Instrumen data demografi, buku
KIA dan kuesioner parental stress scale (PSS). Jumlah sampel sebanyak
108 anak dengan masing-masing 54 stunting dan non stunting. Teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Analisis data chi-kuadrat.
Hasil: Karakteristik peserta, usia 0-12 bulan 4 (13%), 13-24 bulan 104
(87,0%). Kelahiran prematur 14 (13,0%) dan cukup bulan 94 (87,0%). Berat badan ibu
berisiko 38 (70,4%), tinggi fundus uteri tidak sesuai usia kehamilan 49
(90,7%), tidak diberikan ASI eksklusif 35 (64,8%), pendapatan
keluarga rendah 25 (46,3%), sanitasi lingkungan kotor 25 (46,3 %), dan stres keluarga 42 (77,8%). Faktor-faktor tersebut
berhubungan dengan kejadian stunting pada anak 0-24 bulan dengan
nilai p-value <0,05. Peluang untuk terjadinya kejadian risiko stunting
pada anak 0-24 bulan, berat badan ibu hamil sebesar 8,5 kali, tinggi
fundus uteri yang tidak normal sebesar 34 kali, tidak diberikan ASI Eksklusif sebesar 23 kali, pendapatan rendah sebesar 45 kali, dan
sanitasi lingkungan yang kotor sebesar 3,2 kali serta stres keluarga
sebear 4,7 kali peluang terjadinya stunting pada anak usia 0-24 bulan.
Kesimpulan: Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan saat ibu hamil
atau setelah bayi lahir. Sehingga risiko stunting tersebut pada anak 0-24
bulan dapat dicegah.