Remaja yang berisiko self-harm adalah remaja yang rentan terhadap perilaku
melukai diri sendiri fisik atau psikis secara sengaja yang menyebabkan kerusakan
jaringan dan cedera non-fatal. Berdasarkan laporan LLDIKTI V (2023), hasil riset
dari YouGov Omnibus pada tahun 2019 menunjukkan bahwa dari 1.018 orang
Indonesia, 36,9% pernah self-harm. Sedangkan survei oleh I-NAMHS (2022), dari
51 remaja di Indonesia, 88,3% melakukan self-harm dalam 12 bulan terakhir. Hal
ini menunjukkan bahwa prevalensi self-harm di kalangan remaja lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi umum, yang dapat mengindikasikan bahwa remaja
lebih rentan terhadap self-harm. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh dari pemberian edukasi positive self-talk melalui video animasi terhadap
pengetahuan remaja dalam mencegah self-harm. Metode penelitian menggunakan
desain kuasi eksperimen the non-equivalent pre-test post-test control group.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 54 responden. Hasil penelitian didapatkan
terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pre-test dan post-test antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol terhadap pengetahuan remaja dalam mencegah
self-harm setelah diberikan edukasi positive self-talk melalui video animasi (pvalue=0,001). Pemberian edukasi positive self-talk melalui video animasi lebih
meningkatkan pengetahuan siswa daripada yang tidak diberikan dikarenakan video
animasi lebih efektif untuk menarik perhatian remaja sehingga materi tersampaikan
dan mudah dipahami. Pada peneliti selanjutnya dapat dikembangkan dengan cara
mengubah media yang diberikan, menggunakan desain penelitian lain, serta
melakukan skrining awal dan akhir pada remaja yang berisiko self-harm