Penyakit jantung koroner menjadi penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien
penyakit kardiovaskular dan merupakan penyakit dengan jumlah kematian terbesar
di dunia. Di Indonesia, angka terjadinya penyakit ini yaitu 1,5% dalam rentang
2013 sampai 2018, atau sejumlah 15 dari 1000 penduduk Indonesia menderita PJK.
Faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah perilaku atau kepatuhan pasien
dalam pengelolaan diabetes. WHO melaporkan bahwa kepatuhan di antara pasien
dengan penyakit kronis rata-rata hanya 50% di negara maju. Tingkat kepatuhan
berdasarkan data Riskesdas provinsi Jawa Barat didapatkan sebanyak 14,88%
warga kota Depok yang menderita diabetes tidak patuh terhadap pengobatan.
Keberhasilan pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) untuk mencegah risiko
terjadinya komplikasi akan didapatkan salah satunya adalah dengan patuh dalam
program terapi farmakologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
hubungan kepatuhan terhadap terapi insulin pada pasien Diabetes Melitus tipe 2
dengan risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan teknik
pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 66
responden. Penelitian dilakukan di Poli Penyakit Dalam RSUD KSA Kota Depok
pada bulan Maret-April. Penilaian tingkat risiko penyakit kardiovaskular
menggunakan WHO risk prediction chart dan pengukuran kepatuhan menggunakan
kuesioner Morisky Medication Adherence Scale 8 dengan nilai validitas r-item
0,397-0,693 dan uji reabilitas 0,746 dan dapat dinyatakan reliabel. Hasil penelitian
dari 66 responden didapatkan bahwa tingkat kepatuhan terapi insulin (p= 0,001;
r=0,059) memiliki hubungan dengan risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Kepatuhan terapi insulin memiliki hubungan yang bermakna dengan risiko penyakit
jantung koroner pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2.