Kanker serviks adalah jenis keganasan yang berkembang di leher rahim (serviks) yang
disebabkan oleh infeksi human papillomavirus (HPV) tipe risiko tinggi onkogenik yang
persisten (HR-HPV). Secara global, diperkirakan sekitar 604.127 kasus baru kanker
serviks ditemukan pada tahun 2020 dengan angka kematian mencapai 341.831 kasus.
Indonesia berada di peringkat ke-23 dengan kasus terbanyak di Asia dan kedelapan di
Asia Tenggara. Provinsi DKI Jakarta berada di urutan ke-4 dengan jumlah penderita
kanker serviks sebesar 2.33 per 1000 penduduk. Nyeri pada kanker serviks dianggap
sebagai masalah utama. Nyeri dapat mempengaruhi fungsi normal individu dengan
merusak suasana hati, mengganggu pola tidur, fungsi fisik maupun sosial, serta merusak
kualitas hidup. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengelolaan manajemen
nyeri kanker serviks, salah satunya dengan pemberian terapi nonfarmakologis berupa
terapi musik. Penerapan terapi musik ini bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri serta
meningkatkan kualitas fisik dan mental melalui penggunaan rangsangan suara yang diatur
sedemikian rupa sehingga meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Pelaksanaan
intervensi dilakukan selama 3 hari sebanyak 2 kali sehari (pagi dan sore), satu jam
sebelum pemberian terapi obat anti nyeri yaitu pada pukul 09.00 dan 15.00 dengan durasi
30 menit serta intensitas musik 50 – 60 dB. Pemeriksaan tekanan darah serta pengukuran
skala nyeri dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Skala nyeri diukur
dengan menggunakan skala NRS (Numeric Rating Scale) dan Wong-Baker Faces Pain
Rating Scale. Hasil penerapan terapi musik Mozart menunjukkan adanya perbedaan
tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian intervensi.