1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian telah dilakukan menggunakan metode wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium dan CT Scan dan Rekam Medis pasien
untuk mengumpulkan data pasien. Diketahui bahwa pasien masuk
rumah sakit ke bagian IGD dengan kondisi pasien mengalami
penurunan kesadaran setelah nyeri perut hebat. Setelah diperiksa oleh
petugas IGD, diketahui terdapat miom pada rahim pasien yang sudah
berukuran besar. Kemudian pasien diarahkan untuk melakukan operasi
pengangkatan miom pada hari yang sama. Setelah menjalankan operasi
pengangkatan miom, pasien tidak kunjung sadar sehingga dirawat di
ruang ICU RSUD Pasar Minggu selama 10 hari. Pada tanggal 01
November 2021 pasien masuk ruang rawat Alamanda dengan kondisi
kesadaran compos mentis, namun bagian kanan tubuh pasien tidak
dapat digerakkan. Berdasarkan hal tersebut pasien di diagnosa Stroke
Iskemik. Berdasarkan teori kondisi yang dimiliki pasien sesuai dengan
letak infark atau kerusakan pada otak pasien.

2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Smeltzer (2013) diagnosis keperawatan yang muncul pada
pasien dengan stroke iskemik yaitu gangguan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan hemiparesis, nyeri akut yang berhubungan
dengan hemiplegia, defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
dampak stroke, gangguan persepsi sensori, gangguan menelan dan gangguan komunikasi verbal. Pada pasien Ny.M ditemukan 1 dari 6 diagnosis yang
disebutkan yaitu gangguan mobilias fisik. Diagnosis gangguan komunikasi verbal dan
gangguan menelan tidak dialami oleh pasien. Pasien tidak mengalami gangguan komunikasi
verbal dibuktikan ketika pasien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penulis dan
perawat. Pasien juga dapat memahami dengan baik pembicaraan yang dilakukan. Pasien
tidak mengalami gangguan menelan. Refleks menelan berhubungan dengan Nerves IX
(Glossopharingeus), jika terdapat masalah pada nerves tersebut maka pasien akan
mengalami gangguan menelan. Kondisi pasien masih memiliki refleks menelan yang baik
sehingga penulis tidak mengangkat diagnosis gangguan menelan.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan asuhan keperawatan untuk seluruh diagnosis pasien bersumber pada
buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan menyesuaikan dengan kondisi
pasien. Pada diagnosis utama terdapat beberapa rencana tindakan keperawatan yang tidak
dipilih oleh penulis dikarenakan kondisi pasien yang tidak mebutuhkan tindakan tersebut,
salah satunya yaitu atur ventilator agar PaCO2 optimal, kondisi pasien tidak terpasang
ventilator hanya terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm dan pasien masih bisa bernapas dengan
mandiri. Pada diagnosis kedua dan ketiga penulis memilih seluruh rencana tindakan
keperawatan.

4. Implementasi Keperawatan
Penulis sudah melakukan seluruh implementasi keperawatan pada pasien sesuai dengan
perencanaan yang sudah disusun. Pada saat memberikan tindakan asuhan keperawatan
pasien dan keluarga sangat kooperatif sehingga memudahkan penulis dalam pelaksanaan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi akhir dilakukan pada tanggal 04 november 2021 pada hari ketiga perawatan.
Berdasarkan 3 diagnosis prioritas, satu diagnosis tidak menjadi aktual yaitu Resiko pefusi
serebral tidak efektif ditandai dengan infark miokard akut dan dua diagnosis teratasi yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan dan gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.