Asuhan Keperawatan pada Tn. D yang mengalami Congestive Heart Failure (CHF) Di Lantai 6 Zona B Gedung A RSUPN Cipto Mangunkusumo Nursing Care for Mr. D which increased Congestive Heart Failure (CHF) on the 6th Floor of Zone B Building A RSUPN Cipto Mangunkusumo
Berdasarkan tujuan dan pembahasan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,pemeriksaan diagnostic, dan rekam medis, ditemukan data yang sesuai dengan teori namun tidak ada pada klien, yaitu: frekuensi nafas normal, tidak mengalami edema perifer, kulit pucat, dingin, mual, rasa penuh. Data yang sesuai dengan teori, yaitu: klien mengatakan sesak dan lelah ketika saat/setelah melakukan aktivitas, suara jantung murmur, peningkatan JVP, abdomen asites, teraba hepar 2 jari pada sisi kiri, dan pemeriksaan penunjang: hasil USG, ECHO, EKG, dan laboratorium. Selama melakukan pengkajian, klien mengikuti secara kooperatif, komunikasi terbuka dua arah, dan tidak pasif. Kesimpulan: terdapat kesamaan antara teori dan kasus.
2. Berdasarkan hasil pengkajian, ditemukannya diagnosa keperawatan yang sesuai dengan teori, yaitu Penurunan curah jantung b.d perubahan preload, Hipervolemi b.d gangguan aliran balik vena, Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Kesenjangan yang ditemukan antara teori diagnosa keperawatan dengan kasus Tn. D adalah tidak diangkat diagnosa gangguan pertukaran gas pemeriksaan asam basa dalam batas normal, frekuensi nafas normal, tidak sianosis. Kesimpulan: terdapat kesinambungan dan kesenjangan antara teori dan kasus.
3. Perencanaan keperawatan mengacu pada proses menetapkan: priotitas masalah, tujuan keperawatan dan kriteria hasil, dan intervensi (rencana tindakan). Perencanan yang disusun disesuaikan dengan pedoman SIKI dan tujuan/kriteri hasil menggunakan SLKI serta melibatkan klien dalam penyusunan rencana. Proses menentukan diagnosa ini berdasarkan teori hirarki maslow, kebutuhan fisiologi yang paling mendasar dan memiliki prioritas tertinggi. Intervensi yang dilakukan sudah disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan klien sehingga tidak semua intervensi dilakukan
seperti: anjurkan tirah baring tidak diindikasikan, monitor berat badan tidak dilakukan karena alatnya jauh dari ruang perawatan, monitor: tanda hemokonsentrasi, EKG 12 sandapan, efek samping diuretik, nilai lab jantung dikarenakan tidak diindikasikan melakukan pengecekaan setiap hari. Modifikasi rencana keperawatan pada diagnosa penurunan curah jantung dan intoleransi aktivitas yaitu melakukan aktivitas fisik sesuai toleransi dan secara bertahap merupakan penanganan yang tepat untuk mengurangi perburukan pada jantung. Pada diagnose hipervolemi dianjurkan klien untuk minum dengan gelas aqua kecil memudahkan dalam menghitung intake-output. Kesimpulan: perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan dengan kegawatan, kondisi, dan kebutuhan Tn. D.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan, terdapat beberapa perencanaan yang tidak dilaksanakan seperti: edukasi untuk pengetahuan mengenai CHF dan memvalidasi ualng mengenai edukasi yang sudah dilakukan oleh perawat ruangan. Dalam pelaksanaan intervensi dilakukan selama 24 jam dengan berkolaborasi bersama perawat ruangan dan tim medis lainnya. Kesimpulan: diperlukannya pelaksanaan tindakan keperawatan secara berkesinambungan.
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan penulis adalah evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi terakhir dilaksanakan pada tanggal 08-02-2020 jam 07.30 WIB. Masalah keperawatan penurunan curah jantung, hipervolemia, dan intoleransi aktivitas belum teratasi.
6. Selama memberikan asuhan keperawatan pada klien (04-07 Februari 2020), mendapatkan beberapa hambatan, antara lain:
a. Saat pengkajian, ditemukannya hambatan dalam kemampuan menilai suara jantung murmur, suara nafas tambahan ronchi, pengukuran JVP, dan tidak dilakukannya pengukuran lingkar abdomen pada klien asites.
b. Pada saat perumusan diagnosa keperawatan, terdapat beberapa data yang kurang sehingga diperlukannya mengkaji ulang dan masih
memiliki hambatan dalam menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan keadaan kegawatan.
c. Dalam menyusun rencana keperawatan, kurangnya referensi yang menjelaskan tentang rentang waktu yang diperlukan untuk ditetapkan dalam tujuan keperawatan.
d. Selama melaksanakan implementasi keperawatan, diperlukannya kerja sama yang kuat antar ruang perawat agar dapat diberikannya asuhan keperawatan selama 24 jam dan tidak melakukan edukasi pada klien serta tidak memvalidasi ulang mengenai edukasi yang sudah dilakukan oleh perawat ruangan.
e. Pada tahap evaluasi, tidak menemukan adanya hambatan.