Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan Stroke Iskemik di Gedung A lt 5 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo Nusring Care For Ny. E with Ischemic Stroke at Mansion A Floor 5 Zone A RSUPN Cipto Mangunkusumo
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny.E Yang Mengalami Stroke Iskemik di Lt 5 Gedung A Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Pengkajian telah dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan status rekam medis. Didapatkan bahwa klien masuk rumah sakit dengan keluhan klien dalam 24 jam smrs pasien tidak dapat berkomunikasi, 18 jam smrs pasien tidak dapat menggerakan tangan kanannya. Kelemahan semakin memberat hingga seluruh bagian tubuh sebelah kanan klien tidak dapat digerakan dan mulut tampak mencong hal tersebut menandakan adanya kerusakan pada otak yang diakibatkan oleh oklusi pada pembuluh darah sehingga terjadi iskemia. Kondisi yang dialami klien sesuai dengan letak kerusakan pada otak yang terdapat pada teori.
2. Menurut Smeltzer (2013) diagnosa yang muncul pada pasien stroke iskemik yaitu gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparesis,nyeri akut yang berhubungan dengan hemiplegia,defisit perawatan diri yang berhubungan dengan dampak stroke, gangguan persepsi sensori ,gangguan menelan, gangguan komunikasi verbal. Pada klien hanya ditemukan 2 dari 6 diagnosa yang dipaparkan yakni gangguan mobilitas fisik dan gangguan komunikasi verbal. Diagnosa gangguan persepsi sensori,gangguan menelan tidak dialami klien. Perubahan sensori pada klien diakibatkan oleh
46
terganggunya nervus II (optikus) diperdarahi oleh arteri serebral media pada klien tidak terganggunya nervus tersebut dibuktikan saat klien dilakukan pengkajian klien mampu melihat objek dengan sempurna,tidak ada perubahan bentuk pada objek. Gangguan menelan berhubungan dengan nervus IX( glosofaringeal) yang berfungsi sebagai refleks menelan klien. Kondisi klien masih terdapat refleks untuk menelan sehingga diagnosa gangguan menelan tidak diangkat.
3. Perencanaan keperawatan untuk seluruh diagnosa berpacu pada SIKI dan kondisi klien. Pada intervensi diagnosa pertama terdapat intervensi yang tidak dipilih yaitu monitor CVP,PAWP,PAP tidak dilakukan dikarenakan klien tidak dilakukan pemantauan tik secara invasif. Pada intervensi diagnosa kedua tidak dilakukan monitor keton urin,analisa gas darah.
4. Implementasi tindakan keperawatan yang penulis lakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Implementasi sudah dilakukan semua untuk membantu klien meningkatkan kesehatannya. Pada pelaksanaannya klien dan keluarga kooperatif dan memudahkan penulis untuk melaksanakan implementasi keperawatan.
5. Evaluasi akhir dilakukan pada tanggal 03 oktober 2019 hari ke tiga perawatan. Dari 3 diagnosa prioritas yang diangkat dapat teratasi sesuai kriteria hasil yang penulis tetapkan sesuai literatur.