Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Yang Mengalami Gagal Ginjal Kronik (GGK) Stadium 5 dengan Hemodialisa di Lantai 6 Utara Gedung Teratai RSUP Fatmawati Nursing Care of Mr. S with Stage 5 Chronic Kidney Diseases (CKD) on Hemodialysis at North Teratai Building in Fatmawati Central Public Hospital South Jakarta
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada Tn. S yang mengalami gagal ginjal kronik stadium 5 dengan hemodialisa di lantai 6 utara gedung teratai RSUP Fatmawati yang telah dilaksanakan pada tanggal 7-9 Oktober 2019, maka uraian kesimpulannya yaitu:
1. Proses pengkajian dan pengumpulan data Tn. S diperoleh dari anamnesa pada klien dan keluarga klien, pemeriksaan fisik dan data rekam medis klien. Hasil pengkajian terdapat kesenjangan yang ditemukan antara teori dengan kondisi klien yaitu jalan nafas bersih dan tidak ada sesak, tidak ada mual/muntah, tidak ada penurunan berat badan, tidak ada keluhan anuria, tidak mengalami osteodistrofi, tidak ada keluhan pruritus, hasil AGD menunjukan alkalosis metabolik, LFG 20,33 ml/menit/1,73m2, dan pembatasan cairan 600cc/24jam.
2. Berdasarkan hasil pengkajan penulis menemukan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan teori yaitu hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dan kelebihan asupan cairan dan risiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan perubahan preload. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kondisi klien yaitu diagnosis keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi glukosa darah.
3. Perencanaan keperawatan disusun oleh penulis berdasarkan prioritas yang mengacu pada teori Hirarki Maslow, kegawatan dari masalah dan disesuaikan dengan kebutuhan klien.
4. Pelaksanaan intervensi keperawatan sesuai dengan rencana yang disusun telah dilakukan penulis namun terdapat beberapa intervensi pada teori yang tidak dilakukan oleh penulis. Diagnosis hipervolemia intervensi yang tidak dilaksanakan yaitu monitor tanda hemokonsentrasi (kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urin), tinggikan kepala tempat tidur 30 - 40°, ajarkan cara mengukur serta mencatat asupan dan haluaran cairan, batasi asupan cairan dan garam. Diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah intervensi yang tidak dilaksanakan yaitu identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia, monitor intake output cairan, monitor AGD dan elektrolit, fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik. Diagnosis keperawatan risiko penurunan curah jantung intervensi yang tidak dilaksanakan yaitu monitor intake output cairan, monitor berat badan, monitor EKG 12 sadapan dan berikan diet jantung yang sesuai.
5. Hasil evaluasi keperawatan akhir yang dilakukan pada tanggal 9 April 2019 didapatkan diagnosis keperawatan hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi dan kelebihan asupan cairan dan diagnosis keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi glukosa darah belum teratasi, serta diagnosis keperawatan risiko penurunan curah jantung dibuktikan dengan perubahan preload tidak menjadi aktual. Ketiga diagnosis prioritas dilakukan tindaklanjut sehingga dilanjutkan intervensi sesuai dengan perencanaan keperawatan yang telah disusun.