Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah yang disebabkan karena penyumbatan atau
penyempitan pembuluh darah koroner akibat rusaknya lapisan dinding
pembuluh darah (Aterosklerosis) (Kemenkes RI, 2020). Terdapat beberapa
faktor risiko PJK yang dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktor risiko yang
dapat dimodifikasi, dan faktor risiko yang tidak dapat dicegah. Faktor risiko
yang tidak dapat diubah yaitu usia (lebih dari 40 tahun), jenis kelamin (pria lebih
berisiko dibanding wanita) serta riwayat keluarga yang memiliki penyakit serupa.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi atau dapat diubah, yaitu dislipidemia,
diabetes melitus, stres, infeksi, kebiasaan merokok, pola makan yang kurang
baik, kurang aktivitas fisik, obesitas, serta gangguan pada darah (fibrinogen,
faktor trombosis, dan sebagainya) (Iskandar et al., 2017).

Pada kasus ini, penulis menegakkan 4 diagnosa keperawatan dan juga sudah
memprioritaskan masalah tersebut dengan mengacu pada teori kebutuhan dasar
Maslow dan sesuai dengan keadaan klien pada saat dilakukan pengkajian.
Berikut merupakan pembahasan intervensi keperawatan pada Tn. S dengan
masalah keperawatan yang sudah diprioritaskan.

Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 13
Februari 2020, dari keempat diagnosa keperawatan yaitu penurunan curah
jantung, intoleransi aktivitas, ketidakstabilan kadar glukosa darah, dan risiko
47
perfusi renal tidak efektif, masalah yang dapat teratasi dalam 3 x 24 jam adalah
diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas, karena sudah memenuhi kriteria
hasil yang dibuat, namun intervensi tetap dilanjutkan oleh perawat ruangan.
Begitupun juga dengan diagnosa keperawatan lain yang belum teratasi, seluruh
intervensi akan dilanjutkan oleh perawat ruangan